Jumat, 27 Januari 2012

Efek Benturan Peradaban (Islam vs Materialisme)


A.    PENDAHULUAN
a.      Pembukaan
Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) Maka syaitan Itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya (Q.S. 43 : 36)
Makna dari peradaban secara etimologi yakni berasal dari kata addaba yang artinya memperbaiki atau meluruskan. Sedangkan, secara terminologis peradaban memeiliki beberapa arti yakni istilah peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari istilah "budaya" yang populer dalam kalangan akademis[1]. Namun dalam pengertian lain yakni peradaban berarti manifestasi iman di dalam segala aspek kehidupan[2]. Dan makna peradaban ini juga dapat di perluas sebagai memanifestasikan iman serta mengikuti pola hidup Rasulullah dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat.
Materialisme suatu cara pandang yang real terhadap dunia alam raya yang bersifat materi atau kebendaan. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Dan dalam hal ini Materialisme tidak mengakui entitas-entitas nonmaterial seperti keTuhanan, hantu, jin, setan, dan semua hal yang tidak bisa dibuktikan secara inderawi oleh manusia[3].
b.      Latar Belakang
Ada dua hal yang menarik dan sekaligus tragis, berkenaan dengan fenomena umat Islam di Indonesia. Pertama, keberadaannya dalam sejarah Indonesia sebagai pelaku yang aktif dan sangat banyak berkorban demi kemerdekaan dan masa depan Indonesia. Kedua, di tengah keberadaannya sebagai mayoritas mutlak, umat Islam nyaris tidak memiliki konsep dan pemikiran representative yang didasarkan pada nilai-nilai dan ajaran Islam bagaimana mestinya mengantarkan dan mendesain Indonesia masa depan.
B.     PEMBAHASAN
a.      Sudut Pandang
Peradaban Barat modern yang kita kenal sekarang ini, jika dikaji secara cermat adalah suatu peradaban yang menempatkan materi, suatu simplifikasi atas pandangan Aristotelian tentang materia prima, sebagai titik tolak keyakinannya. Keyakinan material inilah yang kemudian dimanifestasikan dalam berbagai bentuk, seperti sumber motivasi (n-ach), verifikasi keilmuan, gaya dan standardisasi hidup bahkan secara vulgar menuding bahwa kemiskinan (ketiadaan materi) adalah sumber kejahatan.
Begitu juga halnya dalam aspek gaya hidup dan penghargaan manusia yang satu atas manusia yang lain jelas ditunjukkan seberapa besar asset yang dimilikinya. Siapakah kamu? Pertanyaan ini, dalam “bawah sadar” orang-orang Barat modern, berarti berapa uang yang anda miliki, luas tanah, perhiasan, kendaraan dan hal-hal material lainnya. Semakin banyak anda memiliki itu, maka penghormatan besar akan diberikan. Begitu juga sebaliknya, jika anda tidak memiliki hal-hal material tersebut, maka itu berarti anda bukanlah siapa-siapa; eksistensi diri anda dinafikan.
Ketika orang-orang miskin meratap dan berusaha mempertahankan hak-haknya untuk hidup, misalnya dengan cara berjualan, maka dapat kita saksikan betapa beringas dan kejamnya “kaki tangan” pemilik modal ini dalam menghardik dan mengusir mereka. Tentu semua itu mereka lakukan berdasarkan dari aturan yang sudah dibuat, tetapi mengapa aturan dibuat seperti itu, itu juga merupakan kepanjangan dari pemodal sendiri. Dalam kapitalisme tidak ada nilai-nilai kemanusiaan atau kasih sayang, tetapi menguntungkan atau tidak, karena materi adalah ukuran yang utama.
b.      Pokok Masalah
Sifat dari suatu peradaban besar adalah meluas atau menyebar serta lebih cenderung bersifat terbuka (ekspansif), yakni yang menyebarkan dan mentransmisikan ajaran-ajaran, nilai-nilai, gaya hidup dan wacana ke berbagai aspek kehidupan dan ke seluruh umat manusia. Sifat dasar inilah yang membuat ideologi itu berkembang pesat dan selanjutnya berkarakhter hegemonik terhadap seluruh umat manusia yang mampu dijangkaunya. Sementara di bumi ini, ada sejumlah peradaban yang memiliki keyakinan dan nilai-nilai yang berbeda satu sama lain.
Lalu apakah yang akan terjadi jika peradaban-peradaban itu bertemu dalam sejumlah aspeknya? Jawaban sederhana dari fenomena pertemuan dua peradaban atau lebih ada beberapa kemungkinan. Pertama, yakni dialogis atau suplementatif, jika peradaban-peradaban yang bertemu tersebut tidak sempurna atau tidak bertolak belakang secara prinsipal. Kedua, adalah konflik atau benturan, karena titik tolaknya dari orientasi yang bertentangan.
Sebagaimana kini telah diperingatkan (disinyalir) oleh sejumlah pihak, bahwa dalam era ini telah terjadi potensi benturan sejumlah peradaban, yang bersumber dari ajaran Islam, Konfusianisme, Hindu-Budha, Komunis dan Barat. Bagaimanakah benturan peradaban itu terjadi. Untuk memahami persoalan ini ada baiknya kita mengangkat kasus-kasus kemanusiaan, terutama berkenaan dengan moralitas, misalnya perzinaan, hubungan seksual tanpa ikatan pernikahan. Dilihat dalam perspektif peradaban Barat, selama perbuatan itu dilakukan suka sama suka, jelas bukan tindakan yang amoral, artinya diperbolehkan.
Dilihat dalam perspektif peradaban Timur, seperti Hindu, Budha atau Shintoisme mungkin dipandang sebagai tindakan amoral, tetapi tidak perlu ada pidana fisik. Sebaliknya, kasus yang sama jika dilihat dalam perspektif Islam, jelas merupakan pelanggaran berat dengan konsekuensi hukum rajam dan bila hal itu dilakukan oleh orang yang sudah menikah hukumannya adalah “mati.” Sebaliknya, qisas[4] yang dinyatakan oleh Al-Qur’an sebagai penjamin kehidupan, dianggap sebagai suatu yang keji oleh peradaban lain, terutama Barat. Perbedaan bahkan pertentangan pandangan serta konsekuensi hukum dari masing-masing peradaban itulah yang seringkali melahirkan benturan-benturan.
Serta dalam perbedaan-perbedaan tersebut yang dapat memberikan dampak kepada masyarakat. Namun jika kita tinjau dari masyarakat Indonesia itu sendiri yang mayoritas masyarakatnya memiliki sifat yang mudah tepengaruh dan mudah meniru. Dengan adanya paham yang ada pada barat khususnya paham yang mengutamakan segala sesuatu terhadap material.
Sehingga kebudayaan material dan gaya hidup kebarat-baratan cenderung lebih cepat menjalar dan diterima oleh masyarakat. Kesalahpahaman mengartikan “hidup modern” akan membawa kita dalam kehidupan yang tanpa moral dan hilangnya kepribadian bangsa. Individualisme, konsumerisme berlebihan, minuman keras, hidup bebas, obat terlarang, brutalisme, dan atheisme adalah sikap dan gaya hidup yang harus dihindarkan akibat negative dari globalisasi.
Oleh karena itu, nilai budaya Indonesia diharapkan tidak ada tergeser dan nilai hakikinya, yaitu nilai kekeluargaan dan kegotongroyongan. Sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pembangunan bangsa, khususnya perkembangan budaya. Kedatangan setiap teknologi baru harus kita terima dengan pikiran terbuka dan penuh kewaspadaan.
Sehingga setiap arus informasi yang berkesinambungan dari media dan kontak langsung dengan dunia luar akan mempengaruhi perubahan sosial. Sangat banyak perubahan social yang dapat mempengaruhi Indonesia. Hal yang berpengaruh terhadap bangsa Indonesia adalah bahaya westernisasi yang di timbulakn akibat pengaruh dari materialism.
Dengan adanya weternisasi dapat mengubah adab-adab, kebiasaa, atau kultur yang ada pada pemuda-pemuda yang ada di Indonesia. Sehingga jika kita perhatikan secara seksama saat ini kebanyakan pemuda Indonesia sudah banyak yang terpengaruh oleh budaya-budaya westernisasi atau budaya kebarat-baratan. Selain itu juga banyak para pejabat-pejabat Negara yang kurang mentaati ajaran-ajaran yang ada pada agama. Kebanyakan pejabat yang ada di pemerintahan beragama islam namun kebenyakan dari mereka juga kurang memperhatikan hukum-hukum yang ada dalam islam itu sendiri.
Masih banyak pejabat-pejabat yang lapar akan harta serta masih banyak pula yang masih belum puas denga harta yang ia miliki sehingga mereka melakukan hal-hal yang sepatutnya tidak di lakukan. Salah satunya yakni kasus korupsi yang sedang gempar di Negara kita Indonesia ini. Apa yang dapat menyebabkan mereka melakukan hal-hal tersebut kalu bukan karena materi semata yang mereka cari dan kepuasan nafsu belaka.
Semua itu terjadi karena adanya budaya materialisme yang serba menggantungkan segala sesuatu terhadap materi, dan bahkan nyaris dalam konsep materialism tidak memliki nilai-nilai ketuhanan. Dan bahkan dalam konsep materialisme atau kapitalisme beranggapan bahwa materi atau harta benda itu adalah segala-galanya.
C.    KESIMPULAN
Dengan adanya dan masuknya budaya materialisme  ke Negara kita Indonesia ini sangat mempengaruhi dan sangat merusak moralitas bagsa. Dengan budaya materialisme yang menggantungkan segala sesautu terhadap benda dan materi semata sehingga tidak lagi mempercayai nilai-nilai keTuhanan. Oleh karena itu, perlu kita kembali kepada konsep Tuhan yakni kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits agar kita dapat mengantisipasi dan dapat meghapuskan konsep materialisme atau kapitalisme yang seudah menjarah pada bangsa Indonesia.


[1] . "Civilisation" (1974), Encyclopaedia Britannica 15th ed. Vol. II, Encyclopaedia Britannica, Inc., 956.
[2] . Pengertian yang biasanya di gunakan di pondok pesantren Hidayatullah yang di gagaskan oleh Ust. Suharsono
[3] . Drijarkara. 1966. Pertjikan Filsafat. Jakarta: PT. Pembangunan Djakarta. Hal. 57-59.
[4] . Salah satu model pidana atau hukum yang ada di dalam Islam

SNW Sebagai Basis Filsafat Pembangunan


A.    PENDAHULUAN
Puji dan syukur tidak lupa santiasa kita haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak nikmatnya kepada kita dan telah memberikan yang semsempurna mungkin kepada manusia yang tidak di miliki oleh makhluk-maklukNya yang lain. Salah satu nikmat serta rahmat yang telah Allah berikan kepada kita adalah akal yang sama sekali tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk-Nya kecuali manusia.
Sholawat dan salam juga senantiasa kita curahkan kepada junjungan alam yakni nabiullah Muhammad SAW, sang revolusi yang telah merubah pola pikir orang-orang atau masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang memiliki ilmu pengetahuan serta berperadaban. Meskipun beliau membutuhkan waktu yang lama untuk merubahnya. Dan Rasululah juga merupakan sang revolusi Islam yang telah mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan melalui bimbingan langsung dari Allah SWT.
B.     PEMBAHASAN
a.      Latar Belakang
Sistematika Nuzhulnya Wahyu (SNW) adalah merupakan konsep yang di bangun oleh Alm. Ust. Abdullah Said[1]. SNW ini memiliki pengertian yakni salah satu metode (manhaj) yang di terapkan Rasulullah SAW dalam membina sahabat-sahabat beliau dan masyrakat pada umumnya dengan cara mengaplikasikan tata uritan wahyu. Tata urutan wahyu ini di lingkungan pesantren Hidayatullah dikenal dengan manhaj (metode) Sistematika Nuzulnya Wahyu (SNW). Sebagai Alternatif untuk mengulangi kembali kejayaan yang pernah diraih Rasulullah bersama para sahabat-sahabatnya. Dengan kata lain metode Sistematika Nuzulnya wahyu adalah suatu upaya merekonstruksi nilai-nilai Al-Qur’an secara sistematis sebagaimana yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya.
Filsafat merupakan studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar[2].  Dalam hal ini filsafat menurut Etimologi berasal dari kata falsafah atau filsafat (bahasa indonesia) merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسفة, yang juga telah di ambil dari bahasa Yunani yakni philosophia, yang berasal dari kata (philia = persahabatan, cinta, dsb.) dan (sophia = kebijaksanaan).
Sehingga dapat di simpulkan bahwa filsafat adalah cinta kebijaksanaan serta filsafat juga dapat di artikan pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Selain itu filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Filsafat dapat di klarifikasikan menjadi beberapa bagian yakni ;
1.    Filsafat Barat
Merupakan ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka.dan filsafat ini berkembang dari tradisi filsafat orang Yunani kuno. Dapat tradisi filsafat barat dapay di bedakan menjadi beberpa bidang yakni ; metafisika, epistemologi, aksiologi, etika, dan estetika.
2.    Filsafat Timur
Merupakan tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia. Filsafat timur ini lebih mengarah kepada konteks dekatnya hubungan filsafat dengan agama.
3.      Filsafat Timur Tengah
Filsafat dapat kita lihat dari sejarahnya yakni merupakan para filsuf yang bisa di katakan juga merupakan ahli waris dari tradisi Barat. Sebab para filsuf Timur Tengah yang pertama-tama adalah orang-orang Arab atau orang-orang Islam dan juga beberapa orang Yahudi, yang menaklukkan daerah-daerah di sekitar Laut Tengah, dan menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafah mereka.
4.      Filsafat Islam
Merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam.
Kedua, Islam adalah agama Tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih 'mencari Tuhan', dalam filsafat Islam justru Tuhan 'sudah ditemukan, dalam arti bukan berarti sudah usang dan tidak dibahas lagi, namun filsuf islam lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia dan alam, karena sebagaimana kita ketahui, pembahasan Tuhan hanya menjadi sebuah pembahasan yang tak pernah ada finalnya.
5.      Filsafat Kristen
Mulanya disusun oleh para bapa gereja untuk menghadapi tantangan zaman di abad pertengahan. Saat itu dunia barat yang Kristen tengah berada dalam zaman kegelapan (dark age). Masyarakat mulai mempertanyakan kembali kepercayaan agamanya. Filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan filsafat ketuhanan. Hampir semua filsuf Kristen adalah teologian atau ahli masalah agama.
Kemudian selain Sistematika Nuzulnya Wahyu (SNW) dan filsafat yang perlu kita ketahui kita juga perku mengetahui yang namanya pembangunan. Pembangunan dalam hal ini merupakan pembangunan yang berdasarkan dari sebuah sistem yang di gunakan untuk membangkitkan semangat juang ummat islam agar terwujudnya sebuah fisi yakni dapat terwujudnya peradaban yang mulia yakni peradaban islam.
Peradaban adalah manifestasi iman dalam segala aspek kehidupan. Yang mana dapat kita ketahui bersama bahwa manifestasi iman itu adalah bukti riil kita untuk mewujudkan rasa cinta dan kasihnya kita kepada Allah dan Islam guna mengerahkan segala potensi dan tenaga untuk senantiasa mendekatkan diri serta dapat di pergunakan untuk senantiasa berjuang di jalan  kepada Allah SWT. Kemudian pendekatan diri dan rasa perjuangan itulah yang dapat kita pergunakan untuk mengaplikasikan di dalam kehidupan kita sehari-hari agar kita dapat menjadi figur dalam masyarakat dan menjadi penerus risalah perjuangan nabiullah Muhammad SAW.
Tak lepas dari itu kita telah di tuntut agar kita dapat meningkatkan keimanan kita agar kita senantiasa dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi gejolak-gejolak kehidupan dunia kedepannya. Serta sudah menjadi tugas serta kewajiban kita juga untuk menjawab semua tantangan-tantangan dunia yang pada saat ini sudah meracuni kehidupan dalm bangsa kita.
Namun dalam hal ini hal yang sangat mengenaskan serta tidak patut untuk kita jadikan panutan adalah dimana pada saat ini kebanyakan ummat telah mendefinisikan Peradaban islam juga merupakan produk dinamika dan proses kreatif suatu perubahan dimana orang-orang islam dapat dengan bebasnya mengguankan budaya-budaya dari orang lain ke dalam islam secara bebas.
Hal itu menunjukkan adanya keterbukaan dan keyakinan diri yang timbul karena kedudukan sebagai penguasa, bukan hamba, penakluk dan bukan yang ditaklukkan. Berbeda dengan abad ke-20, yang mana pada saat itu kaum Muslim merasa mengendalikan dan aman. Mereka merasa bebas meminjam dari Barat, karena identitas dan otonomi mereka tidak terancam oleh ancaman dominasi politik dan kebudayaan. Mereka meminjam, tetapi mereka juga memberikan
warisan kepada Barat.
Pola lalu-lintas kebudayaan sebelumnya, berbalik ketika Eropa, yang bangkit dari abad-abad kegelapan, mengubah pusat-pusat belajar kaum Muslim dengan tujuan memperbaiki kembali peninggalan-peninggalan yang hilang dan belajar dari kemajuan-kemajuan orang-orang Islam dalam bidang matematika, kedokteran, dan sains.
Dalam hal inilah kita di tuntut agar kita dapat menjadi seorang yang beriman serta orang-orang yang beilmu agar kita dapat di tingkatkan drajat kita oleh Allah SWT. Namun hal yang sangat penting bagi kita adalah dimana agar kita dapat menggunakan ilmu itu dengan baik dan tidak menyeleweng serta tidak lepas dari ketentuan-ketentuan yang ada di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Yang mana Allah telah menjelaskan dalam firmannya Q.S Al-Mujadillah:11 ;
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ  
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dalam ayat di atas kita dapat menyimpulkan bahwa kita sebagai ummat islam ini di tuntut untuk senantiasa beriman dan berilmu. Namun dalam hal inilah yang paling utama adalah ilmu-ilmu yang ada dalam Qur’an dan As-Sunnah serta ilmu-ilmu yang bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat dan bukannya ilmu-ilmu yang dapat memberikan mudarat.
b.      Pokok Pembahasan
Namun dalam hal ini yang akan kita bahas adalah bagaimana agar kita dapat mengkoparasikan Sistematika Nuzhulnya Wahyu (SNW) kedalam basis filsafat pembangunan. Yang mana dapat kita ketahui bersama bahwa SNW buka hanya menjadi suatu teori namun SNW merupakan suatu konsep yang dapat kita jadikan suatu pemahaman tertentu untk kita jadikan satu panutan yang sebagaimana yang telah di contohkan oleh Rasulullah SAW.
Kita juga dapat mengetahui bersama bahwa SNW merupakan suatu konsep yang di ambil berdasarkan sistematika atau urutan-urutan turunnya wahyu yang telah di turunka oleh Allah kepada Rasulullah untuk merubah kebiasaan-kebiasaan jahiliah pada masa itu.
Dalam hal ini SNW merupakan suatu konsep yang dapat di gunakan untuk merubah bangsa menuju bangsa yang selama ini kita cita-citakan bersama yakni terwujudnya peradaban mulia yakni terwujudnya peradaban islam di muka bumi ini.
Dalam hal ini ada beberapa tahap demi terwujudnya peradaban maka harus melalui tangga-tangga peradaban, adapun tangga peradaban yang dapat kita ketahui bersama adalah :
1.      Pribadi
Yang mana dari diri kita pribadilah yang akan merubah nasib masyarakat dan ummat akan bangkit. Jika dari diri pribadi kita tidak dapat memberikan contoh yang baik buat masyarakat sekitar bagaimana kita dapat merubah masyarakatmenjadi masyarakat yang madani. Jika kita lihat sejarah yang mana Rasulullah SAW dapat mengubah masyarakat-masayarakat jahilaiyah untuk memperoleh keterangan dan naungan ridho Allah itu karena Rasulullah senantiasa mmberikan tindakan yang positif terhadap masayarakat walaupun di terpa berbagai cobaan dan ujian yang tak kunjung henti-hentinya.
Dari sinilah kita dapat melihat bagaimana perjuangan Rasulullah kita dapat melihat bagaimana perjuangan Rasulullah di dalam menghadapi ummat-ummatnya. Oleh karena itu, jika kita ingin membangun ataupun menginginkan agar terwujudnya masyarakat yang madani maka kita harus kembali kepada diri kita sendiri. Yang mana dari diri kta sendiri yang dapat mengamalkan konsep Sistematika Nuzulnya Wahyu (SNW) agar kita dapat sertaYang mana dari diri kta sendiri yang dapat mengamalkan konsep Sistematika Nuzulnya Wahyu (SNW) agar kita dapat serta senantiasa memperbaiki diri kita sendiri.
Kemudian selain kita itu kita juga harus dapat membiasakan diri kita agar kita bisa hidup secara imamah wal jama’ah. Karena kita hidup di dunia ini bukanlah sendiri namun kita hidup di dunia ini secara sosial serta adanya rasa ketergantungan satu sama lain. Di butuhkan adanya pemimpin untuk memimpin suatu kaum serta masyarakat yang dapat di pimpin  dan kita jelas tidak dapat terpisah dari itu semua.
Jika diri serta kepribadian kita dapat mengamalkan terhadap apa yang telah di wahyukan oleh rasulullah serta kita dapat menjadi masyarakat yang dapat hidup bermasyarakat maka hal yang selanjutnya adalah kita harus dapat merubah kultur serta dapat membangun kultur kita di dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk membangun sebuah kultur tersebut kita tentunya tidak lepas dari tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah agar kultur yang telah kita bangun tidak leppas serta tidak jauh dari anjuran-anjuran yang ada di dalam Islam. Selain itu kita juga harus membiasakan halaqah agar dapat membangun kepribadian kita untuk senantiasa menjadi orang-orang yang komitment. Karena dengan membangunnya halaqah walaupun itu kecil jika kita laksanakan secara kontineu maka akan membentuk karakter pada diri kita. Dengan halaqah inilah kita dapat membentuk karakter dalam diri kita.
Dalam pembentuka sebuah karakter juga di butuhkan pada tiap-tiap pribadi seseorang agar senantiasa menjaga shalat jama’ah serta dapat menjalin tali silaturrahmi. Dengan manjaga shalat jama’ah itu maka akan senantiasa mengingatkan kepada kita bahwa kita bukanlah siapa-siapa di muka bumi ini dan Allah lah tempat kita bergantung dan meminta pertolongan. Dengan menjaga tali silaturahmi juga mempererat hubugan kita sesama muslim bahkan dengan menjaga tali silaturahmi dapat meperpanjang umur.
2.      Keluarga
Keluarga adalah komunitas kecil yang terdiri dari ayah, ibu da anak. Dengan keluarga yang merupakan kounitas kecil juga kita dapat membangun serta mewujudkan peradaban. Karena keluarga adalah komunitas terkecil yang dapat mewujudkan tegaknya peradaban islam. Dapat dimulai dari keluarga kita yang dapt kita bangun itu maka dapat memberikan contoh kepada masyarakat untuk mewujudkan peradaban.
Dalam menentukan keluarga yang dapat mejadi contoh keluarga yang dapat mewujudkan peradaban maka kita di peruntukkan agar dapat menetukan pilihan hidup yang baik agar dapat terwujudnya keluarga yang dapat di idam-idamkan. Dalam menetukan pilihan hidup juga kita tidak dapat sembarangan agar tidak adanya hal-hal yang tidak di inginkan ke depannya.
Dalam menentukan pilihan hidup, Allah SWT telah memperingatkan kepada kita semua dalam firmannya Q.S Al-Furqaan : 74
tûïÏ%©!$#ur šcqä9qà)tƒ $oY­/u ó=yd $oYs9 ô`ÏB $uZÅ_ºurør& $oYÏG»­ƒÍhèŒur no§è% &úãüôãr& $oYù=yèô_$#ur šúüÉ)­FßJù=Ï9 $·B$tBÎ) ÇÐÍÈ  
“dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
Dalam ayat di atas kita senatiasa bergantung kepada Allah agar di anugerahi keluarga yang dapat membawa serta membantu kita untuk mewujudkan peradaban islan di bumi Allah ini.
3.      Masyarakat
Didalam membangun pembangunan karakter tau peradaban islam maka didalam kehidupan bermasyarakat itu sangat menentukan. Jika dalam suatu masyarakat sudah dapat memberikan pengaruh yang baik atau didalam masyarakat tersebut sudah dapat melaksanakan ajaran-ajaran yang telah di ajarkan oleh Rasululah maka keinginan yang kuat buat kita untuk mewujudkan tegaknya sebuah peradaban sudah di depan mata.
4.      Negara
Di dalam kehidupan bernegara yang sanagt berpengaruh untuk mewujudkan sebuah peradaban adalah pemerintah. Oleh karena itu kita sebagai masyarakat jika menginginkan yang namanya perbahan haruslah pandai-pandai dalam memilih pemimpin yang dapat bertanggung jawab serta jujur dan adil agar dapat membawa serta di arahkannya negara kita ini menuju negara yang bermasyarakat madani.
Pemimpin yang seperti apakah yang kita harapkan itu, yakni pemimpin yang selalu bberpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta tidak jauh dari ajaran-ajaran islam. Agar dapat terwujudnya masyarakat yang berperadaban maka di dalam hal ini sangat lah di butuhkan pemimpin yang senantiasa berpegang kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW ; “Aku tinggalkan kepadamu 2 perkara, yang kalain tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits” (H.R. Muslim).
Dalam hadits tersebut kita sudah dapat mengetahui bahwa Rasulullah SAW sendiri telah mengingatkan kepada kita agar kita senantiasa berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits agar kita tidak tersesat serta senantiasa berada di jalan Allah SWT.
5.      Dunia
Dengan berpegang kepda wahyu maka kita sebagai ummat islam dapat mengusai dunia tatkala kita senantiasa kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Kita dapat melihat sejarah Rasulullah SAW yang mana perjuangan Rasulullah dalam memperjuangkan agama yang mulia ini yakni dien islam ini hingga akhirnya islam dapat menyebar ke seluruh penjuru alam.
C.    KESIMPULAN
Jika kita menginginkan terwujudnya peradaban islam maka kita tidak lepas dari konsep ataupun urutan-urutan turunnya wahyu. Sebagaimana yang di contohkan oleh Rasulullah SAW dengan bimbingan Allah SWT telah membawa ummat ini untuk menuju masyarakat madani.
Dalam mewujudkan masyarakat yang madani itulah tentunya tidak lepas dari Sistem nuzulnya wahyu serta melalui tangga-tangga peradaban agar dapat terwujudnya peradaban muli di muka bumi ini yakni tegaknya peradaban islam. Yang sudah jelas harus kita mulai dari diri kita sendiri, kemudian dari komunitas terkecil yang juga membantu terwujudnya peradaban yakni di dalam kehidupan berkeluarga.
Selain dari pribadi da keluarga kita juga dapat memulainya dari masyarakat yang kemudian dapat merambat kenegara dan dunia segaimana yang telah di contohka oleh Rasulullah SAW sebagia Nabi serta menjadi figur di dalam kehidupan kita sehari-hari.
Wallahu ta’aala alam bi soab........


[1] . pendiri pondok pesantren Hidayatullah
[2] . Irmayanti Meliono, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI. hal. 1